Perguruan Rakyat: Sejarah dan Perkembangannya sebagai Pilar Pendidikan Nasional
Pada tanggal 11 Desember 1928, dua tokoh pendidikan, Sunario Sastrowardoyo dan Sugondo Djojopuspito, bersatu untuk mendirikan Perguruan Rakyat, sebuah perguruan swasta yang menjadi cikal bakal pendidikan swasta di Indonesia. Merupakan gabungan dari dua perkumpulan pendidikan, Pustaka Kita dan Perhimpunan untuk Belajar, Perguruan Rakyat lahir dengan tujuan mulia sebagai volks-universiteit (Universitas Rakyat), menyelenggarakan kursus dalam berbagai bidang.
Awalnya, Perguruan Rakyat fokus pada bahasa, ilmu bangsa, sosiologi, tata negara, tata buku, stenografi, dan penyelenggaraan sesi ceramah mingguan tentang pendidikan, penyakit malaria, bahasa Indonesia, kesehatan, dan jurnalistik. Pada tanggal 30 Agustus 1928, VOLKUNIVERSITEIT, dipimpin oleh Direktur Arnold Mononutu, berdiri sebagai awal dari perjalanan panjang Perguruan Rakyat.
Perguruan Rakyat terus berkembang pesat, membuka sekolah-sekolah pagi seperti PROP, PROL, dan PRO, yang menyelenggarakan pendidikan setingkat Schakelschool, MULO/SMP, dan HIS/SD. Gedung di Gang Kenari 15 menjadi pusat kegiatan, tetapi karena pertumbuhan yang pesat, pada tahun 1933, Perguruan Rakyat pindah ke gedung Kramat 174.
Tidak lepas dari cobaan sejarah, pendudukan Bala Tentara Dai Nippon memaksa Perguruan Rakyat pindah ke Gedung Jalan Salemba Raya 33. Namun, semangat pendidikan tetap berkobar, dan melalui fusi dengan Ardjoena School pada tahun 1944, muncul SEKOLAH RENDAH PERGOEROEAN RAKJAT. Yayasan Perguruan Rakyat didirikan pada 8 Januari 1944, menandai komitmen untuk melanjutkan perjuangan pendidikan.
Perkembangan terus berlanjut dengan dibukanya Taman Kanak-Kanak (TK) dan Sekolah Menengah Umum Pertama (SMP) pada tahun 1953. Tahun 1957 dan 1958 menyaksikan pendirian cabang-cabang Perguruan Rakyat, menjangkau Rawamangun, Kampung Melayu Kecil I Poncol Jatinegara, dan lainnya.
Pada tanggal 1 Juni 1967, rapat keluarga besar Perguruan Rakyat menciptakan Carataker Pengurus Yayasan Perguruan Rakyat dengan Brigjen A. Latief Hendraningrat sebagai ketua. Pengakuan terhadap kontribusi Perguruan Rakyat semakin kuat dengan penetapan gedung Jalan Salemba Raya 33 sebagai TEMPAT PENDIDIKAN YANG BERSIFAT NASIONAL PERTAMA KALI oleh pemerintah pada 10 Januari 1972.
Memperingati setengah abad pada tahun 1978, Perguruan Rakyat menggelar berbagai kegiatan, termasuk pertandingan persahabatan dan malam peringatan di Gedung Kebangkitan Nasional. Tokoh-tokoh besar, seperti Dr. Moh. Hatta dan Gubernur DKI Jakarta Tjokropranolo, turut memeriahkan acara tersebut.
Lambang Perguruan Rakyat diciptakan pada tahun 1970, menampilkan perisai, berkas sinar, dian/pelita, buku, dan padi sebagai simbol kekuatan, kehidupan bahagia, penerangan, sumber cita-cita, dan hasil karya siswa. Mars Perguruan Rakyat, diciptakan pada 1958, terus menggema dalam semangat belajar.
Sendi-sendi Perguruan Rakyat, sebagai dasar pendidikan nasional, ditetapkan pada musyawarah antar sekolah-sekolah Perguruan Rakyat di Jakarta pada tahun 1935. Dengan poin-poin dasar, seperti dasar kebangsaan Indonesia, penekanan pada pendidikan jasmani, pembentukan watak, pendirian dan pengetahuan yang berdasarkan kenyataan, haluan hidup yang bersemangat kemajuan, dan pendidikan masyarakat, Perguruan Rakyat berkomitmen untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.
Pada tanggal 26 September 2008, Yayasan Perguruan Rakyat mengalami perubahan menjadi YAYASAN PERGURUAN RAKYAT JAKARTA, mengukuhkan eksistensinya dalam penyelenggaraan pendidikan di lima komplek sekolah. Sekolah-sekolah tersebut, seperti SMP dan SMA Perguruan Rakyat 1, SD Perguruan Rakyat 2, SMP dan SMA Perguruan Rakyat 2, SD Perguruan Rakyat 3, dan SMA Perguruan Rakyat 3, terus berperan sebagai lembaga pendidikan yang mendedikasikan diri untuk mencerdaskan anak bangsa.
Perguruan Rakyat bukan hanya sekadar lembaga pendidikan. Ia adalah warisan berharga yang terus menginspirasi, mengajarkan kekuatan hidup, dan mewujudkan cita-cita Indonesia. Melalui perjalanan panjangnya, Perguruan Rakyat terus menjadi pelopor pendidikan yang berfokus pada kebangsaan, karakter, dan pengabdian kepada masyarakat.